Hay Sahabat Pembaca. Bertemu lagi di Blog Biasa bae yang kali ini saya akan menjelaskan tokoh sastrawan yang hebat dari Padang, Sumatera Barat. Untuk lebih jelasnya mari kita lihat biografi Ali Akbar Navis yang ada dibawah ini..
Biografi Ali Akbar Navis
Nama Lengkap : Ali Akbar Navis
Alias : AA Navis | Sang
Pencemooh
Profesi : Sastrawan
Agama : Islam
Tempat Lahir
: Padang, Sumatera Barat
Tanggal
Lahir : Senin, 17 November
1924
Pendidikan : INS Kayutanam (1932-1943)
Zodiac : Scorpion
Warga Negara : Indonesia
Istri : Aksari Yasin
Anak : Dini Akbari, Lusi
Bebasari, Dedi Andika, Lenggogini, Gemala Ranti, Rinto Amanda, Rika
Anggraini
Ali Akbar Navis atau AA Navis adalah
seorang sastrawan dan budayawan terkemuka di Indonesia. Karyanya yang paling
fenomenal adalah cerita pendek 'Robohnya Surau Kami' yang ia tulis pada 1955.
Navis dijuluki sebagai Sang Pencemooh karena tulisannya yang mengandung kritik
ceplas-ceplos dan apa adanya.
Kegiatan tulis menulis telah Navis
jalani sejak 1950. Namun hasil karyanya baru mendapat perhatian lima tahun
setelah itu. Kumpulan cerpen yang berjudul Robohnya Surau Kami merupakan salah
satu karya fenomenalnya yang pertama kali diterbitkan di media cetak tahun
1955. Robohnya Surau Kami juga terpilih menjadi salah satu cerpen terbaik
majalah sastra Kisah. Cerpen tersebut menjungkirbalikkan logika awam tentang
bagaimana seorang alim justru dimasukkan ke dalam neraka. Karena dengan
kealimannya, orang itu melalaikan pekerjaan dunia sehingga tetap menjadi
miskin. Dalam hal ini Navis menegaskan bahwa yang roboh itu bukan dalam
pengertian fisik, tapi tata nilai, seperti yang terjadi sekarang di negeri ini.
Sepanjang hidupnya, kakek dari 13 orang cucu ini telah melahirkan ratusan
karya, mulai dari cerpen, novel, puisi, cerita anak-anak, sandiwara radio, esai
mengenai masalah sosial budaya, hingga penulisan otobiografi dan biografi.
Pandangan pria berdarah Minang ini mengenai
karya sastra yang baik itu adalah keawetan sebuah karya yang dihasilkan. Ia
tidak ingin karyanya hanya seperti kereta api, yang mungkin saja bagus akan
tetapi hanya sekali lewat dan ada dimana-mana. Ia sendiri mengaku menulis
dengan satu visi, yaitu dengan niat bukan untuk mencari ketenaran. Dalam
konteks kesusastraan, Navis juga mengemukakan sebuah pandangan bahwa kurikulum
pendidikan nasional di Indonesia, mulai dari SD sampai perguruan tinggi, hanya
diajarkan untuk menerima, tidak diajarkan untuk mengemukakan pemikiran. Oleh
karena itu, terjadi pembodohan terhadap generasi akibat tingkah polah
kekuasaan. Menurutnya, dengan memfungsikan pelajaran sastra dalam kurikulum
pendidikan nasional, dapat membangkitkan sikap kritis seseorang dan memahami konsep-konsep
tentang kehidupan.
Sastrawan besar ini menghembuskan napasnya yang terakhir pada 22 Maret 2003. Ia telah lama mengidap komplikasi jantung, asma dan diabetes.
Karya Terkenal :
- Robohnya Surau Kami (1955)
- Bianglala (1963)
- Hujan Panas (1964)
- Kemarau (1967)
- Saraswati, si Gadis dalam Sunyi
(1970)
- Dermaga dengan Empat Sekoci (1975)
- Di Lintasan Mendung (1983)
- Alam Terkembang Jadi Guru (1984)
- Hujan Panas dan Kabut Musim (1990)
- Jodoh (1998)
Penghargaan :
- Hadiah seni dari Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan RI (1988)
- Lencana Kebudayaan dari Universitas
Andalas Padang (1989)
- Lencana Jasawan di bidang seni dan
budaya dari Gubernur Sumbar (1990)
- Hadiah sastra dari Mendikbud (1992)
- Hadiah Sastra ASEAN/SEA Write Award
(1994)
- Anugerah Buku Utama dari Unesco/IKAPI
(1999)
- Satya Lencana Kebudayaan dari
Pemerintah RI
AA Navis adalah seorang sastrawan yang karyanya sangat bagus dan menginspirasi banyak orang.
Terima Kasih sudah mampir.,
0 comments:
Posting Komentar